Cerita Mereka tentang
SETC
SETC
Ketangguhan, kreatifitas dan kemandirian adalah kekuatan para wirausaha dalam mengembangkan usahanya. Seringkali cerita mengenai kesuksesan wirausaha membuat kita kagum dan memberikan apresiasi, namun kisah jatuh bangun serta tantangan yang dihadapi saat memulai usaha hingga berhasil mengembangkan usaha adalah yang paling memberikan inspirasi bagi yang lain.

17 Des
Faiqotul Himmah, Berdayakan Ibu Rumah Tangga Melalui Sociopreneur
Berawal dari program pelatihan rajut bagi ibu-ibu di Kecamatan Sepulu, Bangkalan, yang merupakan pengungsi kerusuhan Sambas, Kalimantan Barat, Faiqotul Himmah memutuskan untuk menjadi relawan sekaligus ketua kelompok. Ia melatih 10-15 orang, sebagian besar peserta adalah ibu-ibu dan janda yang terdampak kerusuhan pada tahun 1999. Kebanyakan dari mereka belum memiliki dasar dalam merajut, sehingga pelatihan dimulai dari nol. Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan keterampilan baru yang dapat digunakan oleh para ibu rumah tangga untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Namun, perjalanan ini tidak mudah. Faiqotul Himmah menemukan kendala dalam mendapatkan bahan baku benang. Untuk mendapatkan bahan baku, ia harus membeli ke kota yang berjarak 10 km dari tempat tinggalnya. Dalam kondisi ini, ia harus kreatif dan inovatif untuk mencari alternatif bahan baku. Ia kemudian menemukan daun palem, yang biasa tumbuh di daerahnya dan digunakan sebagai tali untuk sapi, kapal, dan pecut. Dengan bahan baku ini, Faiqotul Himmah mulai mengeksplorasi potensi daun palem untuk dijadikan produk kerajinan. Tekadnya untuk menekuni wirausaha semakin kuat, dan pada tahun 2008, ia mendirikan CV Daun Agel. Produk-produk yang awalnya hanya dipasarkan di pasar kecil kini telah menembus pasar internasional, termasuk Amerika, Kolombia, Jepang, hingga Prancis. Perjalanan usaha ini tidak lepas dari kerja keras dan dedikasi Faiqotul Himmah. Dalam sebulan, ia mampu memproduksi 300-500 produk berupa tas, topi, dan karpet, dengan omzet 200-300 juta rupiah per bulan. Saat ini, CV Daun Agel telah melibatkan sekitar 20-50 orang pekerja, mulai dari penyediaan bahan baku, pembuatan desain, menjahit, hingga merajut. Hal ini menunjukkan bahwa usaha yang dimulai dengan sederhana dapat berkembang menjadi besar dengan ketekunan dan inovasi. Peran SETC Usaha Faiqotul Himmah dalam memberdayakan ibu rumah tangga dan menciptakan produk yang berkelanjutan merupakan inspirasi bagi banyak orang. Melalui pendekatan yang kreatif dan inovatif, ia mampu mengatasi berbagai tantangan dan mengubahnya menjadi peluang. Dukungan dari SETC juga menunjukkan betapa pentingnya pelatihan dan jaringan dalam mengembangkan UMKM. Faiqotul Himmah bertekad untuk terus mengembangkan usahanya dan membantu lebih banyak orang di komunitasnya. Dengan semangat sociopreneurship, ia berharap dapat menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan memberikan dampak positif yang lebih luas. Sejak bergabung dengan SETC pada tahun 2018, Faiqotul Himmah mendapatkan banyak manfaat, termasuk jaringan yang lebih luas, pameran, dan pelatihan bersama UMKM lainnya. SETC telah memberikan pelatihan penting seperti fotografi produk, penggunaan media sosial untuk pemasaran, dan banyak lagi. Ini sangat membantu dalam meningkatkan kualitas dan jangkauan pemasaran produk Daun Agel. Selain itu, bergabung dengan SETC dan komunitas UMKM SUI-SETC, dapat memperluas jejaring, sehingga juga memberikan dampak positif pada komunitas yang ia bina. “Saya turut senang membantu ibu-ibu rumah tangga yang dulunya belum memiliki pendapatan, sekarang mampu mengembangkan perekonomian keluarganya” tutup Faiqotul Himmah. Daun Agel menjadi contoh nyata dari perjalanan sociopreneurship, di mana usaha tidak hanya berfokus pada keuntungan finansial tetapi juga memberikan kontribusi sosial yang signifikan. SETC Community HUB SETC Community Hub adalah platform kolaboratif yang berfungsi sebagai pusat ekosistem untuk meningkatkan kondisi sosial ekonomi melalui pembinaan, akses sumber daya, kolaborasi, akses pasar, serta inovasi digital, dengan menghubungkan pelaku UMKM dengan pemangku kepentingan seperti pemerintah, asosiasi hingga komunitas bisnis lainnya. SETC Community Hub tersebar di seluruh Indonesia. Program-program yang dikembangkan di SETC Community Hub mencakup pelatihan intensif, inkubasi bisnis, dan business matching untuk menghubungkan UMKM dengan calon mitra bisnis potensial. Selain itu, juga diselenggarakan pameran untuk meningkatkan visibilitas dan jaringan pemasaran UMKM. Semua inisiatif ini bertujuan menciptakan ekosistem yang mendukung dan memberdayakan UMKM agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan. Yuk bergabung menjadi bagian dari perjalanan SETC Community Hub untuk mendukung pemberdayaan masyarakat. Melalui dukungan kita terhadap usaha lokal, kita juga turut membangun perekonomian Indonesia.
11 Nov
Pepaya Calina, Mungil Tapi Menguntungkan
Hai Sobat #SETC, Siapa yang tidak mengenal pepaya? Buah tropis yang berbentuk lonjong dan rasanya manis ini memiliki berbagai kandungan nutrisi penting bagi tubuh, antara lain vitamin C, serat, kalsium, folat, potassium, dan magnesium. Semua nutrisi tersebut memberikan berbagai manfaat kesehatan, seperti meningkatkan sistem kekebalan tubuh, memperbaiki pencernaan, dan menjaga kesehatan jantung. Namun, pepaya pada umumnya memiliki ukuran yang besar, sehingga sering kali tidak habis dalam sekali konsumsi. Potongan buah pepaya yang belum dikonsumsi harus disimpan, dan ini bisa mengurangi kualitasnya, terutama teksturnya yang bisa menjadi lebih lembek. Menariknya, ada jenis pepaya lokal yang memiliki ukuran lebih kecil dan lebih praktis untuk dikonsumsi, yaitu pepaya Calina, atau sering dikenal dengan nama pepaya California. Jenis pepaya ini dikembangkan oleh dosen IPB University, Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati. Pepaya Calina memiliki berat matang maksimal hanya 1,3 kg, menjadikannya lebih mudah dihabiskan dalam satu atau dua kali konsumsi. Pepaya yang dikembangkan sejak 2001 ini memiliki banyak keunggulan diantaranya memiliki daya adaptasi yang tinggi, sehingga cocok ditanam di dataran rendah maupun tinggi, memiliki umur genjah sekitar 7-8 bulan, dan memiliki frekuensi panen mencapai 4 kali dalam setahun dimana setiap pohonnya mampu menghasilkan 70kg buah dalam setahun. Keunggulan-keunggulan tersebut menjadikan pepaya Calina sangat potensial untuk dibudidayakan. Ukurannya yang kecil membuatnya lebih menarik bagi konsumen modern yang menginginkan buah yang praktis dan mudah disimpan. Selain itu, dengan produktivitas tinggi dan frekuensi panen yang sering, pepaya Calina juga sangat menguntungkan dari segi bisnis. Penasaran bagaimana cara budidaya pepaya Calina dan potensi usaha yang bisa dihasilkan? Yuk, cek jadwal dan informasi pelatihan di SETC: disini. Dalam pelatihan ini, Sobat SETC akan belajar cara budidaya, merawat, dan memanen pepaya Calina dengan efektif, serta strategi untuk memasarkan produk ini. Sumber: Kementerian Pertanian. 2021. Pepaya, Kandungan Nutrisi dan Manfaatnya. https://pustaka.setjen.pertanian.go.id/index-berita/pepaya-kandungan-nutrisi-dan-manfaatnya Pusat Kajian Hortikultura Tropika. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat-IPB University. Brand Pepaya Calina. https://pkht.ipb.ac.id/index.php/berita-3/ Harsono. 2021. Teknik Budidaya Pepaya California: Divapress. Teknik Budi Daya Pepaya California - Google Books iGrow Asia. 2021. Prospektus Budidaya Pepaya California. https://silo.igrow.asia/projects/256/Prospektus-Pepaya-California-Batch-3-CV-HPU--1-.pdf
.jpg)
24 Okt
5 Tips Mempertahankan Usaha Ala Max Laundry
Hai Sobat #SETC, Laundry atau yang dahulu dikenal sebagai binatu, merupakan usaha yang banyak dijumpai di berbagai tempat, mulai dari perkotaan hingga pedesaan. Usaha ini seolah tidak lekang oleh waktu karena tetap eksis dan bahkan berkembang seiring berjalannya waktu. Hal ini dirasakan oleh Max Laundry, salah satu UMKM dampingan SETC, yang telah berjalan selama 5 tahun. Menurut Ibu Ani, owner dari Max Laundry, usaha ini dibangun karena kesadaran akan terbatasnya layanan cuci pakaian di sekitar tempat tinggal beliau, yang kebetulan berdekatan dengan industri atau pabrik. Meskipun usaha ini tetap bertahan dan berkembang, bukan berarti Bu Ani tidak mengalami pasang surut dalam usahanya. Pada tahun pertama, permintaan layanan Max Laundry sangat bagus, sehingga pada tahun berikutnya beliau melakukan inovasi dengan menciptakan sabun cair. Namun, pada tahun 2020, usaha ini sempat mengalami krisis karena pandemi. Kondisi tersebut memaksa Bu Ani untuk melakukan inovasi layanan, yaitu layanan jemput dan antar cucian, dan inovasi tersebut berhasil membuat usaha ini bangkit kembali. Kali ini, Bu Ani berbagi tips untuk dapat mempertahankan usaha laundry yang beliau jalani: 1. Kembangkan Metode Pemasaran Pengembangan metode pemasaran sangat penting untuk menentukan siapa target konsumen dan bagaimana cara memasarkan jasa laundry. Max Laundry menggunakan layanan WhatsApp Business, memasang banner, dan sign board untuk semakin dikenal oleh konsumen. 2. Siapkan Manajemen Keuangan Usaha Manajemen keuangan usaha perlu disiapkan sejak awal perencanaan usaha. Ini penting untuk mempersiapkan dana modal dan perputaran biaya operasional. Memisahkan keuangan usaha dan keluarga sangat penting agar tersedia dana cadangan untuk usaha. 3. Optimalkan Produksi agar Efektif dan Efisien Dalam usaha laundry, optimalisasi biaya produksi dilakukan dengan mengoptimalkan penggunaan bahan seperti deterjen dan pewangi pakaian. Pengusaha wajib memilih detergen dan pewangi yang tepat untuk menjaga kualitas layanan. 4. Menjaga Hubungan dengan Konsumen Menjaga hubungan dengan konsumen sangat penting, terutama dalam usaha jasa. Konsumen dapat menjadi media promosi yang memberikan penilaian positif atas usaha yang dilakukan. 5. Menerapkan Pengembangan Usaha Pengembangan atau inovasi usaha bertujuan agar usaha semakin berkembang dan efektif. Pengembangan tidak hanya berupa penambahan alat atau tenaga kerja, tetapi juga inovasi layanan. Max Laundry misalnya, membuat deterjen dan pewangi pakaian sendiri serta membuka layanan jemput dan antar cucian. Ibu Ani telah melalui prosesnya bersama SETC dengan mengikuti berbagai pelatihan wirausaha mulai dari perencanaan usaha, pengelolaan keuangan, hingga pemasaran. Sekarang saatnya Sobat SETC bergabung bersama Ibu Ani dan ratusan UKM binaan lainnya untuk turut serta mengikuti pelatihan. Akses informasi lengkap mengenai jadwal pelatihan di sini.
.jpg)
6 Okt
9 UMKM Binaan SETC Siap Go Internasional Lewat Program Onboarding Kemenkop UMKM
Sebanyak sembilan UMKM Binaan SETC dinyatakan lolos dalam program kegiatan yang diselenggarakan oleh Kementerian Koperasi dan UMKM Republik Indonesia, “On Boarding UMKM Pada Platform Internasional”. Keberhasilan ini merupakan bukti nyata dari dedikasi, kerja keras, dan inovasi yang terus-menerus dilakukan oleh para pelaku UMKM. Kesembilan UMKM tersebut ialah Secret Potion, Ghawean Dewe, Shiroshima Indonesia, Dede Satoe, Daun Agel, TSDC, Lima Menara, dan Jaya Dewata. Pelaku usaha yang terpilih merupakan UMKM yang telah menunjukkan potensi besar dalam memperluas jangkauan pasar melalui digitalisasi dan siap berkompetisi di tingkat internasional. Kegiatan ini bertujuan untuk mendukung dan mengembangkan UMKM di Indonesia, memberikan mereka kesempatan untuk meningkatkan kapasitas, memperluas jaringan, dan mengakses berbagai sumber daya yang diperlukan untuk pertumbuhan bisnis. Melalui proses seleksi yang ketat, UMKM yang terpilih telah menunjukkan potensi besar dan komitmen untuk terus berkembang. UMKM yang mengikuti kegiatan ini telah melalui proses tahapan penting berupa kurasi produk oleh Kementerian Koperasi dan UMKM Republik Indonesia untuk menyeleksi UMKM dengan potensi terbaik pada September 2024 lalu. Setelah lolos tahap kurasi, UMKM mengikuti sosialisasi program on boarding yang dilanjutkan dengan seminar di beberapa daerah pada awal Oktober 2024. SETC kali ini berpartisipasi di Surabaya, dan kegiatan ini akan diikuti dengan pendampingan intensif hingga akhir November 2024 untuk memastikan UMKM siap memasuki pasar internasional. Keberhasilan UMKM ini merupakan bukti nyata dari kerja keras dan komitmen mereka untuk terus berkembang. Selain itu, keberhasilan ini juga tidak hanya bermanfaat bagi UMKM yang terpilih, tetapi juga dapat menjadi motivasi bagi UMKM lainnya untuk terus berinovasi dan berusaha mencapai kemajuan. Kami berharap dengan dukungan yang konsisten, UMKM yang lolos dapat terus berkembang dan berkontribusi positif bagi perekonomian Indonesia. Selamat kepada UMKM yang berhasil! Mari kita terus bekerja sama untuk memajukan UMKM di Indonesia.

2 Okt
Pesona Batik Banyuwangi yang Menghasilkan
Indonesia merupakan negara dengan jutaan kekayaan, baik alam maupun budayanya. Salah satu budaya Indonesia yang terus dilestarikan dan menjadi warisan nasional adalah batik. Bukan hanya sekedar warisan budaya, namun batik memiliki nilai yang sangat besar, terutama bagi para pecinta dan penggiat batik. Selain itu, ragam batik nusantara sangatlah luas dan bermacam corak sesuai dengan khas daerah masing-masing, salah satunya adalah batik Banyuwangi, yang memiliki setidaknya 40 macam motif, dan yang paling terkenal adalah motif Gajah Oling dengan bentuk seperti belalai gajah juga seperti uling atau belut ditambah ornament lain sebagai penghias. Salah satu UMKM yang bergerak pada usaha batik khas Banyuwangi adalah Rizky Esa Erfi Ramadhani, dengan nama usaha Godho Blambangan. Berawal pada tahun 2011, dimana sang ayah menjadi pengrajin batik, membuat ketertarikan Rizky tumbuh untuk mengembangkan usaha tersebut dan memberikan dampak pada masyarakat di sekitarnya. Usaha yang diawali sebagai usaha perseorangan dengan modal Rp 5.000.000 dan hanya memproduksi batik tulis, dalam perjalanannya, berkat ketangguhan dan kreatifitas, saat ini dapat berkembang menjadi perusahaan CV dengan 8 orang karyawan dan berbagai macam produk batik. Pengusaha batik yang bergabung dengan Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC) pada tahun 2018 dalam Program Pelatihan Bisnis Online Ekspor tersebut menyatakan bahwa ketangguhan dan kreatifitas adalah kekuatan mengembangkan sebuah bisnis dan bertahan menghadapi tantangan, termasuk pandemi. Kreatifitas UMKM Godho Blambangan terlihat dari perubahan jenis batik yang diproduksi, dari awalnya hanya fokus kepada kain batik tulis asli Banyuwangi, saat ini juga memproduksi batik semi tulis dan batik cap. Tidak berhenti sampai disitu, selain memproduksi kain, juga dilakukan diversifikasi produk yang dapat memberikan nilai tambah, yaitu mengubah kain batik menjadi pakaian, tas dan aksesoris yang berbahan dasar kain batik. Pada masa pandemi, bisnis batik juga menjadi sektor yang sangat terpengaruh. Rizki menuturkan omzet yang diperolehnya menurun hingga 50% dari biasanya dan bahkan sempat mengalami kesulitan karena tidak dapat mendapatkan pembayaran dari produk-produknya yang dititipkan pada toko serba ada, toko oleh-oleh maupun galeri. Namun hal tersebut tidak menurunkan semangat Rizky dalam melakukan inovasi. Salah satu terobosan yang dilakukan adalah memproduksi aksesoris masker dan ransel paket kesehatan. Selain itu, Rizky juga sempat mengikuti pelatihan diversifikasi usaha bersama SETC guna tetap mempertahankan cashflow bisnis. Inovasi lain yang dilakukan adalah pengembangan pemasaran yang sebelumnya offline menjadi online melalui marketplace dan media sosial. Ketangguhan dan inovasi yang dilakukan oleh Rizky membuahkan hasil dimana pada tahun 2021, pesanan produk batik dan turunannya mulai meningkat kembali. Kiat yang ditekankan oleh Rizky adalah pemasaran jangan sampai kendor, harus bisa segera berkembang dengan pemasaran online, hubungi konsumen lama, dan lakukan inovasi baru. Terakhir, pesan dari Rizky “Pandemi sejatinya mengharuskan kita untuk berbenah diri dan merenung kembali mengenai bisnis untuk inovasi produk baru”. Ingin menjadi salah satu kisah sukses seperti Rizky Esa Erfi Ramadhani dengan menjadi UMKM binaan SETC? Untuk mengetahui lebih banyak mengenai cara menjadi UMKM binaan SETC, dapat kunjungi website resmi SETC di setc.id. Saatnya UMKM Naik Kelas, kalau bukan hari ini, lalu kapan? Yuk, daftar menjadi UMKM binaan SETC sekarang!

18 Nov
Ferry Sukses Dengan Filosofi Alam Batik
Melalui pembinaan Sampoerna, karya batiknya dijual hingga Rp 250 juta. Mampu menembus pasar Korea, Australia, dan sejumlah negara di Eropa. Sejak kecil, pria asal Pasuruan ini sebenarnya sudah sangat dekat dengan dunia batik. Ayah dan ibunya adalah pengusaha batik. Namun, hingga dewasa, Ferry Sugeng Santoso sama sekali tidak tertarik pada hal-hal yang berkaitan dengan batik, apalagi memproduksi dan berbisnis batik. Semua itu berubah ketika pada 2006, ia terpaksa harus mewakili kedua orang tuanya memenuhi undangan pelatihan pewarnaan batik alam yang diselenggarakan Kementerian Perindustrian di Yogyakarta. Dari sanalah, ia mulai mengenal keindahan dan kekuatan batik serta mulai jatuh cinta pada budaya asli Indonesia ini. “Saya disuruh berangkat. Mungkin ya sudah jalannya. Awalnya, saya tidak mau sama sekali. Oleh panitia, semua harus membatik, akhirnya mau tidak mau. Padahal, saya belum pernah sama sekali membatik,” kata Ferry. Meski terpaksa, pria kelahiran 13 April 1980 ini menjalani pelatihan itu dengan baik. Semua hal tentang batik dan pewarnaan alam dipelajarinya. Tanpa ia sadari batik mengajarkan banyak hal lain pada dirinya. “Bagaimana seharusnya hidup bermasyarakat, harmoni dengan lingkungan, menjalin kemesraan dengan Tuhan. Filosofinya saya dapat di situ. Kita bisa belajar sinergi dengan masyarakat serta alam. Ternyata batik mengajarkan saya sampai sejauh itu,” ucapnya. Pada 2009, Ferry menerima pendampingan usaha dari PPK Sampoerna yang merupakan salah satu program Sampoerna Untuk Indonesia. Di sini, ia memadukan keindahan batik khas berciri pewarna alami dengan motif batik yang memiliki kekuatan makna dan mengandung filosofi. “Filosofi yang bisa mengubah orang yang mengenakannya. Contohnya, motif kawung. Motif kawung diciptakan untuk raja agar dia menjadi seorang pemimpin yang benar, bukan bijak. Bijak belum tentu benar. Kalau benar, pasti bijak. Akhirnya, saya buat motif demikian,” ujarnya. Bahkan Ferry melayani pembuatan batik pesanan khusus yang dibuat dalam waktu cukup lama. Tujuannya, menyelami karakter pemesan agar batik yang dihasilkan membawa energi positif bagi pemiliknya. Dengan resep batik idealis penuh filosofi dan pembinaan Sampoerna, Ferry sukses menembus pasar dunia, seperti Korea, Australia, Malaysia, Singapura, dan sejumlah negara di Eropa. Harga jualnya pun fantastis. “Harga batik saya mulai harga Rp 450ribu, ada yang sampai Rp 75juta, bahkan Rp 250 juta,” tuturnya. Selain sukses berbisnis, Ferry punya jiwa sosial tinggi. Untuk mendukung bisnisnya, ia membina 15 orang pembatik warga Desa Gunting, Pasuruan yang sebagian besar tidak lulus sekolah. Selain itu, Ferry aktif sebagai mentor pelatihan membatik dengan pewarna alam yang diselenggarakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan (PPK) Sampoerna atau Sampoerna Entrepreneurship Training Centre (SETC). PPK Sampoerna, menurut dia, sangat mendukung para pelaku UKM, termasuk dirinya. Di bawah pemberdayaan PPK Sampoerna, bisnisnya berkembang pesat. Kesempatan mengikuti pameran yang diselenggarakan PPK Sampoerna menjadi kesempatan besar bagi Ferry untuk memperkenalkan produknya. Selain mengikuti pameran, ucap Ferry, UKM binaan PPK Sampoerna juga mendapat kesempatan mengikuti pelatihan terkait dengan peningkatan kualitas produk dan packaging. Ujungnya, mereka bisa membuahkan produk UKM berkualitas serta menembus pasar dunia seperti kesuksesan bisnis yang sudah diraih Ferry. Karya Ferry juga mendapat apresiasi dari Kementerian Pariwisata berupa Penghargaan Nayaka Pariwisata

18 Nov
Di Tangan Vania Santoso, Karung Semen “Disulap” Jadi Tas Cantik
Di usia 12 tahun, Vania Santoso kecil menyimpan keresahan tentang persoalan lingkungan setelah rumah tempatnya bernaung di Surabaya, Jawa Timur, terendam banjir. Bersama kakaknya, Agnes Santoso, Vania membentuk komunitas yang peduli pada isu-isu dan permasalahan lingkungan pada 2005. Ia menyebutnya sebuah proyek sosial yang fokus mengedukasi masyarakat dan siswa tentang berbagai isu lingkungan. Konsistensi Vania membangun kepedulian lingkungan membuahkan berbagai penghargaan. Kini, lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga itu, fokus menjalankan usaha socio-preneur dengan memproduksi berbagai produk fesyen dengan mengusung brand “heySTARTIC”. Produk andalannya adalah tas berbahan bekas karung semen. Di tangan Vania, bekas karung semen itu “disulap” menjadi aneka produk bernilai jual tinggi. Usaha ini dijalankan Vania dengan melibatkan masyarakat sekitar dan beberapa wilayah di Jawa Timur. Ditemui saat Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC) Expo, di Denpasar, Bali, beberapa waktu lalu, Vania berbagi ceritanya. Penghargaan internasional pertama Dua tahun membangun komunitas peduli lingkungan, pada 2007, proyek sosial Vania dan Agnes, memenangkan kompetisi Lingkungan Internasional “Volvo Adventure” di Swedia yang diselenggarakan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Proyek itu bernama “Useful Water for A Better Future”. Dari ajang ini, ia meraih pendanaan internasional untuk pengembangan proyek lingkungan senilai 10.000 dollar AS. Uang pendanaan itu digunakan untuk berbagai proyek yang menunjang keberlangsungan komunitas. “Di sisi lain mikir, untung menang, kalau enggak ada sponsor gimana? Harus dipikirkan keberlanjutan finansial gimana,” kata Vania. Kemenangan itu tak membuat Vania larut. Ia terus berinovasi untuk menghasilkan produk yang layak jual. Berbekal hobi hand crafting, Vania merintis usaha produk daur ulang. Brand heySTARTIC dipilih sebagai akronim dari Start Being Exotic and Ethical. Produk daur ulang itu kerap dibawanya saat ada kesempatan ke luar negeri. Di luar dugaan, penjualan dan apresiasinya selalu tinggi. Inovasi tas berbahan karung semen Produk yang kini terus dikembangkan dan menjadi andalan heySTARTIC adalah produk fesyen dengan bahan baku bekas karung semen. Produk-produk itu di antaranya, tas tangan, laptop case, dompet, dan lain-lain. Sekilas, orang akan mengira bahwa produk itu merupakan produk kulit, bukan daur ulang karung semen. Harga produknya bervariasi, mulai Rp 50 ribu hingga Rp 800 ribu. Vania mengisahkan, inovasi ini awalnya muncul dari warga yang dibina oleh komunitasnya. Para warga ini dibina mengelola bank sampah di tiga wilayah, yaitu Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik. “Sampah apa pun yang masuk, dipikirin dikelola jadi apa. Bungkus kemasan kopi, koran, dan akhirnya jatuh di kertas semen. Ternyata, punya nilai jual juga di Indonesia,” kata Vania. Berbagai eksperimen dilalui untuk mendapatkan model dan kualitas seperti yang dipasarkan saat ini. Terutama, untuk mendapatkan pelapis yang tahan lama dan menghasilkan produk dengan kualitas baik. Menurut Vania, pelapis yang digunakan benar-benar ramah lingkungan dan tahan air. Dalam menjalankan heySTARTIC, Vania dibantu 11 orang warga yang dibinanya. “Kalau ada project besar, mereka bisa jadi supervisor di daerah mereka. Plus, kalau ada workshop mereka juga bisa jadi pelatihnya,” ujar Vania. Selain itu, dalam tim manajemen heySTARTIC, Vania melibatkan anak-anak muda, mulai dari siswa SMA hingga mahasiswa. Demikian pula para relawan yang terlibat dalam berbagai kegiatan sosial. “Jadi yang support untuk workshop sebagai co-facilitator misalnya, dari anak SMA sampai kuliahan paling banyak,” kata dia. Belajar dari para entrepreneur mapan Proses yang dilalui Vania tak instan. Ia sempat jatuh-bangun, berpikir bagaimana produk-produk daur ulang bisa diapresiasi oleh konsumen Tanah Air. Dari pengalamannya, menjual produk di luar negeri lebih mudah jika dibandingkan dengan di Indonesia. Namun, Vania tak patah semangat. Ia terus berusaha menajamkan insting bisnisnya dengan mengikuti berbagai kesempatan yang bisa membuatnya menjadi lebih matang. Pada 2016, Vania mengikuti Wirausaha Inovatif Berbasis Sosial Lingkungan (WIBSL) yang diadakan Innotech dan Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC) atau Pusat Pelatihan Kewirausahaan (PPK) Sampoerna. Ia terpilih sebagai juara dalam kompetisi ini. Dari sini pula Vania belajar banyak hal, terutama dari para pengusaha yang telah mapan. “Di PPK berproses beberapa bulan, dari online, karantina, pameran, presentasi. Saat itu menang dan dapat bantuan Rp 50 juta. Banyak dapat support, pengayaan karena dipertemukan dengan para entrepernuer yang sudah establish, ikut pameran-pameran, termasuk di Galeri House of Sampoerna,” ujar peraih Young Eco Hero dari Action for Nature (2008) di Amerika Serikat ini. Ia juga mengaku mendapatkan kesempatan untuk mendalami mengenai bisnis sosial di PPK Sampoerna. “Jadi waktu ikut WIBSL Sampoerna dan Innotech itu, kami dipertemukan langsung dengan para praktisi bisnis sosial yang udah mapan di bidangnya, misalnya Javara. Jadi bisa belajar langsung dari yang sudah ngejalanin. Oh, bisnis sosial itu seperti ini, bisa menggali story-nya,” kata Vania. Ke depannya, Vania berharap agar produk daur ulang dan ramah lingkungan semakin diminati di Indonesia. Oleh karena itu, untuk saat ini, ia fokus mengembangkan pasar dalam negeri. Alasannya, tujuan dari bisnis sosial yang dijalaninya adalah mengedukasi masyarakat Indonesia soal lingkungan. Kepada para generasi muda yang ingin berwirausaha, ia berpesan, agar mewujudkan mimpi. Tak hanya bermimpi, tetapi juga melakukan aksi. Apalagi, jika bisa bermanfaat bagi masyarakat. “Business plan terbaik adalah business plan yang dilakukan. Selain direncanakan, juga harus aksi. Percayalah, ketika kita sudah melakukan aksi, banyak hal yang di luar perkiraan kita,” ujar Climate Champion British Council East Asia Region 2010 ini.

18 Nov
Kisah Karyani, “Go Internasional” Berbekal Produk Minuman Herbal
Karyani (52) mungkin tidak menyangka usaha kecil yang dimulainya dengan modal sebesar Rp 50.000 bisa membawa dampak besar pada hidupnya. Wanita asal Desa Kesiman, Pasuruan, Jawa Timur (Jatim) ini berhasil merambah pasar internasional berbekal produk minuman herbal instan produksinya. Sejak 2017, Karyani telah melakukan penjualan herbal instan tanpa gula ke Korea Selatan sebanyak 200-300 botol per bulan. Saat ini, jumlahnya naik menjadi 400 botol per bulan. Selain pasar internasional, produk milik Karyani juga sudah dipasarkan ke berbagai daerah di Indonesia, seperti Jakarta, Bali, Palembang, Yogyakarta, dan Samarinda. Padahal, dulu minuman herbal instan itu hanya dipasarkan di Pasuruan dan sekitarnya. Jeli melihat peluang Perjalanan bisnis Karyani dimulai sekitar tahun 2000. Dahulu, dia merupakan petani biasa yang tergabung dalam kelompok wanita tani Kesiman Jaya. Melihat hasil bumi, seperti temulawak, kunyit, dan jahe, yang tumbuh melimpah di daerahnya membuat dia tergerak untuk memanfaatkan. Apa yang dilakukan Karyani bukan tanpa alasan. Data Riset Tumbuhan dan Jamu pada 2012-2017 yang dilakukan Kementerian Kesehatan RI menyebutkan, dari 30.000 - 40.000 jenis tumbuhan di Indonesia, sebanyak 6.000 - 7.500 di antaranya merupakan tanaman obat. Namun, mengutip dari Kompas.com, Sabtu (06/05/2018), baru sekitar 200 spesies yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Tak hanya sebagai obat, tanaman-tanaman herbal itu dapat bernilai ekonomi ketika diolah dengan tepat. Bahkan bisa menjadi bisnis yang menjanjikan. Menyadari hal itu, Karyani kemudian membulatkan tekad untuk mulai mengolah temulawak menjadi minuman herbal instan. "Saya mulai usaha sekitar 18 tahun lalu dengan modal hanya Rp 50.000 ditambah dengan keinginan kuat untuk mengolah berbagai hasil bumi yang bermanfaat," kata Karyani, seperti di kutip dari Kompas.com, Kamis (18/10/2018). Usaha tersebut dia beri nama Kesiman Jaya, yang terinspirasi dari nama desa tempat tinggalnya. Melalui nama itu, Karyani berharap dapat membuat desanya menjadi lebih sejahtera.