SETC
Ketangguhan, kreatifitas dan kemandirian adalah kekuatan para wirausaha dalam mengembangkan usahanya. Seringkali cerita mengenai kesuksesan wirausaha membuat kita kagum dan memberikan apresiasi, namun kisah jatuh bangun serta tantangan yang dihadapi saat memulai usaha hingga berhasil mengembangkan usaha adalah yang paling memberikan inspirasi bagi yang lain.
Indonesia merupakan negara dengan jutaan kekayaan, baik alam maupun budayanya. Salah satu budaya Indonesia yang terus dilestarikan dan menjadi warisan nasional adalah batik. Bukan hanya sekedar warisan budaya, namun batik memiliki nilai yang sangat besar, terutama bagi para pecinta dan penggiat batik. Selain itu, ragam batik nusantara sangatlah luas dan bermacam corak sesuai dengan khas daerah masing-masing, salah satunya adalah batik Banyuwangi, yang memiliki setidaknya 40 macam motif, dan yang paling terkenal adalah motif Gajah Oling dengan bentuk seperti belalai gajah juga seperti uling atau belut ditambah ornament lain sebagai penghias.
Salah satu UMKM yang bergerak pada usaha batik khas Banyuwangi adalah Rizky Esa Erfi Ramadhani, dengan nama usaha Godho Blambangan. Berawal pada tahun 2011, dimana sang ayah menjadi pengrajin batik, membuat ketertarikan Rizky tumbuh untuk mengembangkan usaha tersebut dan memberikan dampak pada masyarakat di sekitarnya. Usaha yang diawali sebagai usaha perseorangan dengan modal Rp 5.000.000 dan hanya memproduksi batik tulis, dalam perjalanannya, berkat ketangguhan dan kreatifitas, saat ini dapat berkembang menjadi perusahaan CV dengan 8 orang karyawan dan berbagai macam produk batik.
Pengusaha batik yang bergabung dengan Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC) pada tahun 2018 dalam Program Pelatihan Bisnis Online Ekspor tersebut menyatakan bahwa ketangguhan dan kreatifitas adalah kekuatan mengembangkan sebuah bisnis dan bertahan menghadapi tantangan, termasuk pandemi. Kreatifitas UMKM Godho Blambangan terlihat dari perubahan jenis batik yang diproduksi, dari awalnya hanya fokus kepada kain batik tulis asli Banyuwangi, saat ini juga memproduksi batik semi tulis dan batik cap. Tidak berhenti sampai disitu, selain memproduksi kain, juga dilakukan diversifikasi produk yang dapat memberikan nilai tambah, yaitu mengubah kain batik menjadi pakaian, tas dan aksesoris yang berbahan dasar kain batik.
Pada masa pandemi, bisnis batik juga menjadi sektor yang sangat terpengaruh. Rizki menuturkan omzet yang diperolehnya menurun hingga 50% dari biasanya dan bahkan sempat mengalami kesulitan karena tidak dapat mendapatkan pembayaran dari produk-produknya yang dititipkan pada toko serba ada, toko oleh-oleh maupun galeri. Namun hal tersebut tidak menurunkan semangat Rizky dalam melakukan inovasi. Salah satu terobosan yang dilakukan adalah memproduksi aksesoris masker dan ransel paket kesehatan. Selain itu, Rizky juga sempat mengikuti pelatihan diversifikasi usaha bersama SETC guna tetap mempertahankan cashflow bisnis. Inovasi lain yang dilakukan adalah pengembangan pemasaran yang sebelumnya offline menjadi online melalui marketplace dan media sosial.
Ketangguhan dan inovasi yang dilakukan oleh Rizky membuahkan hasil dimana pada tahun 2021, pesanan produk batik dan turunannya mulai meningkat kembali. Kiat yang ditekankan oleh Rizky adalah pemasaran jangan sampai kendor, harus bisa segera berkembang dengan pemasaran online, hubungi konsumen lama, dan lakukan inovasi baru. Terakhir, pesan dari Rizky “Pandemi sejatinya mengharuskan kita untuk berbenah diri dan merenung kembali mengenai bisnis untuk inovasi produk baru”.
Ingin menjadi salah satu kisah sukses seperti Rizky Esa Erfi Ramadhani dengan menjadi UMKM binaan SETC? Untuk mengetahui lebih banyak mengenai cara menjadi UMKM binaan SETC, dapat kunjungi website resmi SETC di setc.id. Saatnya UMKM Naik Kelas, kalau bukan hari ini, lalu kapan? Yuk, daftar menjadi UMKM binaan SETC sekarang!